Konyol
Defenisi konyol/ko·nyol/ a cak 1 tidak sopan; kurang ajar; 2 agak gila; kurang akal; 3 tidak berguna; sia-sia; dikutip dari https://kbbi.web.id/konyol. Waduh ternyata parah ya artinya? ada kaitannya dengan cerita di bawah ini.
Menjelang dini hari, karena belum bisa tidur dan berencana untuk berupasa tanggal 14 Sya’ban 1441H ini, akhirnya teman-teman memilih menggereng telur dan makan seadanya. “Kak, mau ikutan sahur?” tanya salah satu dari mereka. Aku melirik jam, sekarang pukul 00:21 WIB, “Hah, sahur sekarang?”
Telur sudah digoreng, keduanya telah melahap separuh dari nasi di piring masing-masing, “gak yakin akan bisa terbangun lagi untuk sahur, mumpung masih segar dan belum bisa ngantuk juga kak, yuk sini barengan,” ajak mereka. Akupun mengiyakan dan ikut duduk bersila, menghapi menu yang telah ditata di atas lantai (sebab kita gak punya meja makan).
Aku adalah orang terakhir yang menyelesaikan santapan, sementara yang lain masih belum berpindah dan tetap menemani hingga aku menghabiskan makanan di piringku. “Perhatikan deh,” kata salah satu dari mereka, “Kak Luth kalau lagi makan, ada sesuatu yang khas gitu, bunyi ‘ting’ beradu antara sendok dan giginya.” Seketika aku merasa aneh sebab ada dua pasang mata yang langsung memerhatikan gerakan tiap suapanku, dan setelah mendengar “ting” mereka riuh tertawa, “haha.. iya ya mbak,” jawab kawan satunya, “mbak hebat ya, memperhatikan hingga hal begituan” tambahnya.
“Apa iya, ya?” jawabku polos, “hmm gimana biar gak bunyi donk?” tanyaku.
“Bukan hal buruk sih, hanya jadi khas kak Luthfia gitu, tiap kali menyendok suapannya, terlihat bersemangat, buat kita nambah selera.” Ujar sang pemerhati.
Akupun mencoba perlahan-lahan memasukkan suapan nasi ke mulut, membuka mulut lebar-lebar “aaaaaaaaammm”, memasukkan sendok perlahan-lahan dan “ting..” seketika gelak tawa membahana, tetap saja bunyi sendok terdengar nyaring menyentuh gigi.
Sembari ikut meringis malu, namun perut masih meminta lanjut dan mau, akupun mencoba berulang-ulang, jika bukan berbunyi karena memasukkan sendok, maka berbunyi ketika mengeluarkan sendok dari mulut. Bukan Luthfia jika berhenti sebelum puas mencoba.
Entah percobaan ke berapa dan keriuhan yang belum mereda, gelak tawa yang hingga membuat kedua rekan guling-guling di lantai menahan kelucuan, yang sayangnya aku sendiri tidak bisa saksikan, akhirnya aku menemukan ide, “Yaudah silahkan kalian makan, biarkan aku mau lihat, apa yang berbeda, mengapa kalian tidak berbunyi sepertiku?”
Hingga setelah mengulang praktik sebanyak tiga kali suapan salah seorang rekan, akupun menirukan. “Oh, aku tau bagaimana kalian meredam bunyi ‘ting’ ini,” jawabku bersemangat. Ternyata orang-orang makan dengan bibir dulu, yang (dimajukan atau dimonyongkan seperti mulut jerapah ingin meraih dedaunan dari ujung ranting pohon), menjemput nasi dari atas sendok, menyembunyikan gigi dibaliknya, menghimpit sendok dengan bibir, lalu mendorong makanan ke dalam mulut, setelah sendok keluar baru gigi mengunyahnya.
Aku mencoba dengan teori yang kupahami barusan, membuka mulut lebar-lebar, memasukan sendok ke dalam mulut, berfikir beberapa detik, lalu memajukan bibir perlahan mengatupkan sembari mengelurakan sendok perlahan. Lagi-lagi tawa mereka pecah makin menjadi. “Kak Luth, tolong hentikan, konyol sekali” ujar salah sorang kawan dengan wajah memerah, memegang perut, sembari berusaha meredakan tawanya.
Haha.. haha.. ikut tertawa, namun nasi di piringku menyisa satu-dua suapan lagi, marilah kulanjut saja, tapi tentu dengan terus memperbaiki teknik, belajar dari keberhasilan yang masih tertunda. Nah, trik berikutnya, “Makanan hanya boleh sedikit, separuh dari sendok ini saja, agar tidak bunyi” ujarku kemudian sebelum memasukkan satu suapan. Terkahir ini berhasil dengan gaya yang terlihat feminim, kemayu sekali, perlahan-lahan dan menyuap makanan dengan sangat pelan, duuuh keputrian sekali deh. Masih dengan tawa yang belum juga mereda, “Konyol, hahaha... kakak gak cocok seperti itu” pekik dengan kelekar yang perlahan dipaksa mereda.
Ini sudah larut kawan! Konyol? Gak apa-apa, asalkan tetap bersama dalam jalan menuju ridho-Nya. Semoga tetap istiqomah, ber-fastabiqul-khairot-lah, berlomba-lomba dalam kebaikan saja.
#Dinihari #Pukul.03:04WIB #Rabu, 08 April 2020 #day7 #challange #PindahBlog #diary
#RumahDinasCamat #AirJoman #Asahan #NisfuSya’ban1441H
Komentar
Posting Komentar