Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2017

Bahasa R.I.N.D.U

Gambar
Denganmu beda.. Rindu bukan sekedar rasa ingin jumpa, atau segera bertemunya kita, atau menanggung sesak yg tak terkira, atau doa-doa yg dimunajat utk si rindu kita, atau retak-retak rasa yg meremukkannya.. Denganmu beda, rindu juga lega.. Denganmu sungguh berbeda, rindu juga debit yg melonggari hati Ia menitik di atas sajadah, setelah melebat mengalirkanmu dalam tunduk-tunduk khusyuk Lengkap dengan kedua yg menengadah, lengkap dgn kesemua beserta atau-ataunya Jika rindu adalah harap, bagiku ia adalah nafasnya hidup, bukan atasmu namun, jelas untukmu *Uhibbuki fillah saudariku

Seciduk Rasa

Ada seciduk rasa yg tegugah Kita menamainya dgn ukhuwah Persaudaraan karena ikatan hati, Bukan krn senasab atau semarga-nya kita Karena satu alasan kita kokohkan kebersamaan Dari semua kemelut, dari semua suka cita, dari semua hambatan yg ada, kita tetap berorientasi pada bilangan yg menyatukan kita.. Allah SWT. Kita bertemu pada skenario-Nya, Berkegiatan atas arahan-Nya, Berkumpulnya kita pula karena rahmat-Nya ...sungguh  karena rahmat Allah,    jadilah kita, orang-orang yg bersaudara...*QS.Ali Imran: 103 Uhibbukum fillah saudari-saudariku😇

Terjawablah Do'a Kita| Sohibati

Gambar
Siang ini di ruang guru akhwat, ruangan paling ujung searah di sudut pintu gerbang II di sekolah, Din singgah utk menyapaku sebelum ia beramitan pulang, utk pergi mengikuti kajian JR. Sesungguhnya ini tak biasa ia lakukan, secara ruang kelas dia paling depan dari gerbang 1, melangkahkan kaki ke ruangan guru akhwat yg di ujung bukanlah langkah yg sedikit. "Fii.. fia seibuk? Ada yg mau saya katakan" sergahnya  sambil berdiri sesaat setelah mengucap salam masuk dan menatapiku yg sedang duduk 'lesehan' di atas karpet merah. "Gak sibuk, tapi sebantar ya, setelah setor 3 ayat ini, hehe.." jawabku sekenanya sambil meringis senyum tampak gigi, krn emang sdg di hadapan PJ Tahfizku. Sementara ia tetap berdiri menatapi kami tanpa kata. Setelah PJ tahfiz beranjak menjauh dariku, Din  maju mendekat, membungkukkan tubuhnya lalu duduk di hadapanku, "Fii ada yg mau dikatakan ni.." tatapannya mulai serius, kubalas keseriusannya, kubalas tatapannya,

Di Jalan Apakah Anda Menikah?

Gambar
Di jalan apakah Anda menikah? Terbentang pula dengan lurus dan amat luas jalan dakwah. Jalan para nabi dan syuhada, jalan orang-orang saleh, jalan para ahli surga yg kini telah bercengkrama di taman-tamannya. Katakanlah: inilah jalan(agama)ku, aku dan orang-orang yg mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah yg nyata. Maha suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik. (Qs.Yusuf:108)  Inilah jalanku, yaitu jalan dakwah, jalan yg membentang lurus menuju kebahagian dan kepastian akhir. Jalan yg dipilihkan Allah untuk para nabi dan orang-orang yg setia mengikuti mereka. Jalan inilah yg menghantarkan Nabi saw. Menikahi istri-istrinya, jalan ini yg menghantarkan Ummu Sulaim menerima pinangan Abu Thalhah. Jalan yg menyebabkan bertemunya Ali r.a. & Fatimah Az-Zahra dalam sebuah keluarga. Jalan ini menawarkan kelurusan orientasi, bahwa pernikahan adalah ibadah. Bahwa berkeluarga adalah salah satu tahapan dakwah untuk menegakkan kedaulatan dimuka bumi Allah.

Hingga Apapun Perasaan, rasanya Sederhana

Gambar
Ada yg keliru dgn sederhanamu.. Rasa-rasanya aku tetap benar, utk setiap rasa yg kita awali dari ukhuwah fillah.. Hati tak bisa memilih, namun ia DIPILIHKAN, di dekatkan dgn izin Tuhan. Ada tawa kecil tersungging sebab nasihatmu tempo itu, Alhamdulillah.. Aku mendengarkan, aku berupaya menjalankan, Aku menginsyafi, InsyaAllah telah berproses memperbaiki. "Utk tdk menjadikan ia satu-satunya proiritasku, cukup ia telah menjadi salah satu prioritasku" Utk hari2 yg berlalu, aku menyaksikan staminamu menurun, semarakmu me-layu, hadirmu tak menggeliatkan semangat, "Ada apa dgnmu saudariku?" Seperti halnya mencegah kemungkaran, menasihatkan juga jalan agar kita tetap bersama dlm taqwa.. 1.Dengan tangan (kekuasaan) 2.Dengan Lisan (nasihat langsung) 3. Dengan Hati (mendoakanmu dlm sembunyiku) Namun kumulai dari titik terlemahnya aku dihadpanmu, Aku masih hanya mampu mendo'a, aku mengenalmu sedikit memang, kau memiliki hati yg tak mudah utk bangkit tiap

Resensi Buku : Ayah…| Buya Hamka, Sikap Hidup yang Penuh Semangat Keilmuan

Gambar
Judul Buku : Ayah… (Kisah Buya Hamka) Penulis : Irfan Hamka Penerbit : Republika Tahun Terbit : 2013 Edisi : XIII, Februari 2017 Deskripsi :  xxxviii + 323 hal.; 13.5x20.5 cm. Oleh   : Luthfia Azmi Oktasari Nst., S.Pd.I H. Abdul Malik Karim Amrullah yang lebih dikenal sebagai Buya HAMKA seorang yang tidak tamat sekolah umum maupun sekolah agama, yang tak bergelar diploma, namun semangat keilmuannya membawanya menghasilkan begitu banyak karya serta baktinya pada agama dan bangsa.  Kisahnya diuraikan oleh penulis yang merupakan salah seorang  anak kandungnya, ia adalah Irfan Hamka, anak ke-5 dari 12 bersaudara. Buku ini menceritakan kisah Buya Hamka, semasa muda, dewasa, menajadi ulama, menjadi sastrawan, politisi, kepala rumah tangga, hingga ajal menjemputnya. Buku Ayah… menyuguhkan banyak kenangan, pengalaman, dan kisah luar biasa yang mungkin tak akan kita peroleh selain dari orang-orang terdekatnya. sebagian kecil nasihat dan pengalaman yang dikenang oleh Irfa

Mencoba menepi

Ini tentang kita.. Jejak yg kita lalui Tapak yg kita tinggalkan Ini tentang langkah.. Yg kadang lelah.. Namun kita tetap kukuh..