Memulai Darimu

Aku memulai dengan yang disukai. 
Maka untuk setumpuk kejenuhan kutinggalkan sejenak. 

Dear fakhitah, izinkan aku memulainya darimu.

Sekelumit cerita sederhana, jika ada sepenggal rasa yang sedikit menyiksa, sesaat kukira ini ke-lebay-an yang kian akut saja.

Pernahkah merasakan sengatan-sengatan yang mengilukan jantungmu? Seolah dihujani aliran listrik yang membuatmu tersengal-sengal lelah sebabnya. 

Doa-doa telah dilangitkan, tapi tak kutemukan cara lain melegakan dada, selain munajat harap, semoga Allah memberkahi, semoga selalu bertemu dalam jalan lurus yang berliku, jalan takwa yang membawa kita bersapa, bersama, bercengkerama. 

Jadi teringat muatan cabang ilmu neurosains, yang kini banyak sekali pengembangannya, misalnya saja dr.Aisyah yang konsen pada neuroparenting, membahas tentang bagaimana pentingnya memahami kerja otak untuk mengharmoniskan rumah tangga, untuk memahami bagaimana pola asuh terbaik dengan memahami kerja otak anak perempuan dan laki-laki, sedangkan aku, terpaku dengan ingatan yang begitu lekat tentang segenggam harap, bukankah hanya bertemu, obat dari rindu?

Bagaimana sih otak bekerja, mengapa seolah rongga dada dipenuhi kamu

Tiba tiba saja merasa buta dengan teori-teori otak manusia. Ah, sungguh aku bodoh sekali tentang ini, tentang jatuh berkali-kali pada seonggok rasa, yang kukaitkan pada hadis yang diungkap baginda Muhammad Sallawlahu Alihi Wassalam, bahwa pada segumpal itu, jika ia baik, maka baiklah seluruhnya, namun jika ia buruk maka buruklah semuanya. Segumpal itu ialah hati.

Lalu sebenarnya mengingatmu ada di otak atau di hati? πŸ˜…

Hmm.. mungkinkah otak yang menginderakannya, menciptakan persepsi bahwa, ia inginkan perjumpaan, untuk memecahkan celengan rindu yang telah tersimpan berbelas bulan?

Semoga ramadan ini membawa jiwa kita lekat dalam munajat, menghadirkan takwa lebih dekat. Aamiiin

#21Ramadan1441H
#DesaKwalaAirHitamKec.Selesai
#SemateraUtara

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merpati Rindu

Sebab Hidup Terlalu Istimewa, Berbahagialah